Siapa yang layak mendapat pujian tertinggi setelah Inter Milan menyisihkan Barcelona di semifinal Liga Champions. Gelandang Inter Wesley Sneijder tidak ragu menunjuk pelatih Jose Mourinho sebagai tokoh intelektual di balik keberhasilan tersebut.
"Pelatih berteriak di ruang ganti, sangat emosional," ungkap pemain asal Belanda tersebut usai duel leg kedua yang berakhir 1-0 untuk kemenangan Barca. Meski demikian, Inter tetap lolos ke final karena menang agregat 3-2.
"Kami bertahan sangat lama dengan sepuluh pemain. Kami kompak, berjuang dalam setiap jengkal lapangan dan memberikan segalanya. Mourinho selalu punya taktik tepat untuk menghancurkan lawan. Kami sudah melakukannya di Milan dan kami melakukannya lagi malam ini tapi dengan cara berbeda," jelas Sneijder.
Inter memang tampil berbeda dibanding pekan lalu. Dengan keunggulan 3-1 dari leg pertama, "I Nerazzurri" memilih bertahan total pada leg kedua di kandang Barca. Striker Goran Pandev yang tadinya bakal diplot di sayap kiri tiba-tiba digantikan oleh Christian Chivu, yang biasanya bermain sebagai bek.
Absennya Pandev mendorong posisi Sneijder hingga hampir sejajar dengan Samuel Etoo dan Diego Milito. Namun, taktik ini berubah total ketika Thiago Motta diusir wasit pada menit ke-28. Dengan sepuluh pemain, Mourinho menggeser Chivu ke tempat yang sebelumnya diisi oleh Motta. Chivu kini bertugas merusak alur serangan dari Xavi Hernandez sekaligus menutup gerak Lionel Messi.
Posisi Chivu di sayap kiri kemudian diisi oleh Etoo, yang kemudian juga lebih banyak berperan sebagai bek pendukung Javier Zanetti. Di depan, hanya ada Sneijder dan Milito. Namun, kedua pemain depan itu akhirnya juga diganti dengan Sulley Muntari dan Ivan Cordoba. Etoo selanjutnya digantikan dengan Macdonald Mariga. Inter praktis bermain dengan sepuluh pemain berkarakter bertahan. Secara keseluruhan, Inter hanya punya satu tendangan ke arah gawang, yang dilakukan Chivu di babak pertama.
Wednesday, April 28, 2010
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment